Belajar Dari Tawakalnya Burung

MAJALENGKA (INDONESIAKINI.id) – Nabi shallallahu alaihi wa sallam menceritakan tentang, tawakalnya burung untuk menjadi pelajaran umatnya,

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah Subhanahu Wata’ala dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah Subhanahu Wata’ala), sebagaimana seekor burung diberi rizki; dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).

Hadis di atas menjelaskan tentang sebab dan akibat,

● Tawakal sebagai sebab.
● Kemudahan dan keberkahan rizki adalah akibat dari bagusnya tawakal burung.

PELAJARAN DARI HADITS :

1. Tawakal yang benar adalah yang mengupayakan sebab, bukan hanya berpangku tangan mendapatkan akibat. Seperti tawakalnya burung, dia tidak berdiam di sangkar menunggu rizki Allah datang. Namun ia terbang keluar berusaha mencari rizki. Namun perlu ditambah catatan, bahwa orang yang bertawakal bukan juga yang bersandar pada sebab semata, tanpa ia gantungkan kepada Allah. Ia mengikhtiyarkan sebab dalam keadaan hati bergantung kepada Allah. Tidak seperti sikap Qorun yang bergantung kepada sebab saja, lupa kepada Allah, lalu ia mengatakan, Ini semua aku peroleh karena ilmuku.

2. Orang yang tawakalnya bagus akan tenang hidupnya. Karena seringkali yang membuat seorang itu gelisah di dunia ini adalah soal rizki. Bagi orang yang bertawakal, rizki bukan lagi sebuah masalah. Dengan tawakalnya rizkinya akan selalu cukup. Ini sudah janji Allah, seperti kepastian rizki yang didapat oleh burung.

3. Keberkahan hidup itu ada pada bergerak, jangan berpangku tangan. Burung dengan keyakinan tawakalnya, ia terbang keluar berusaha mencari rizki. Dengan ini ia pun ia mendapatkan kebaikan hidup.

4. Burung mengajarkan kepada kita bahwa tidaklah ada satupun makhluk di bumi melainkan telah Allah jamin rizkinya. Hingga binatang lemah yang merayap di tanah atau burung yang terbang di langit. Sebagaimana dikabarkan oleh Allah ta’ala,

وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ

Tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).‎” (QS. Hud: 6)

5. Mengkhawatirkan rizki Allah adalah kesalahana, bahkan itu bentuk suuzon kepada Allah. Lihatlah burung, binatang yang lemah, mencari rizki hanya dengan kepakan sayap dan kekuatan paruh, namun ia mendapatkan rizki. Anda wahai manusia, makhluk yang lebih sempurna dari burung. Anda punya akal, tangan, kaki dan banyak kelebihan lainnya dibandingkan burung. Lantas Anda takut tak dapat rizki Allah?! Malulah kepada Allah kemudian malulah kepada burung.

Wallahul muwaffiiq.