SURABAYA | Sebagai bentuk kontribusi terhadap bangsa dan negara, Universitas Airlangga (UNAIR) mengembangkan vaksin Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Pada Sidang Dies Natalis ke-70 UNAIR, Senin (11/11/2024), Rektor UNAIR Prof Dr Mohammad Nasih SE MT Ak menyerahkan secara simbolis hasil pengembangan vaksin tersebut pada PT Biotis Pharmaceutical Indonesia.
Penyerahan secara simbolis itu merupakan salah satu bentuk kerja sama antara UNAIR dengan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia dalam memproduksi vaksin PMK. Penyerahan tersebut diwakili langsung oleh Rektor UNAIR Prof Dr Mohammad Nasih SE MT Ak dan FX Sudirman selaku Direktur Utama PT Biotis Pharmaceutical Indonesia.
Kontribusi Riset Kesehatan
Dalam pidatonya, FX Sudirman menyampaikan apresiasi terhadap UNAIR atas kerja sama yang telah terjalin dalam pengembangan vaksin ini. FX Sudirman, yang juga merupakan alumnus UNAIR itu, mengungkapkan rasa bangganya karena UNAIR aktif berkontribusi dalam riset kesehatan nasional.
“Sebagai alumnus saya merasa bangga. Vaksin ini merupakan hasil kerja keras para peneliti UNAIR yang dipimpin oleh Prof Fedik Abdul Rantam. Tugas saya hanyalah memastikan agar hasil penelitian Prof Fedik dan tim. Dengan dukungan rektor, dapat tersalurkan hingga menjadi manfaat bagi masyarakat Indonesia,” ungkap FX Sudirman.
FX sudirman kemudian menjelaskan bahwa pengembangan vaksin itu dapat menjadi program strategis untuk mendukung program pemerintah. Dengan tersedianya vaksin PMK, lanjutnya, akan membantu pemerintah memperkuat ketahanan pangan nasional. Termasuk di sektor kesehatan hewan ternak.
Mendukung Program Pemerintah
Dalam wawancara eksklusif, Prof Nasih memaparkan bahwa UNAIR sudah mulai mengembangkan penelitian terkait Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sejak isu tersebut muncul. “Sudah sejak awal. Baru di tahun 2024 ini ada pihak dari PT Biotis yang menawarkan kerja sama untuk memproduksi vaksin PMK,” jelas Prof Nasih.
Prof Nasih menyebutkan bahwa UNAIR siap berkontribusi di bidang kesehatan melalui pengembangan vaksin PMK. Walau masih perlu melalui berbagai tahap uji coba, Prof Nasih berharap vaksin PMK akan dapat diproduksi di awal tahun 2025.
“Kami ingin mendukung program pemerintah untuk penyediaan makanan bergizi gratis, yang mencakup bahan pangan hewani seperti daging dan susu sapi. Vaksin PMK sangat dibutuhkan untuk menjaga ketahanan pangan agar program makan bergizi dapat berjalan dengan lancar dan berkelanjutan,” tutup Prof Nasih.