SURABAYA – Festival Seni Teater di Aula TKK Santo Yusup serta Gelar Pangan Lokal di Halaman SMAK Santo Yusup Kebraon berlangsung meriah pada Sabtu (6/12) malam. Kegiatan ini digelar Tim Pengabdi Universitas Widya Kartika (UWIKA) bersama masyarakat dan Sanggar Kreatif Anak Belong sebagai bentuk kolaborasi merawat keberagaman dan menguatkan komunitas seni lokal.
Ketua Tim Pengabdi UWIKA, Dr. Filipus Priyo Suprobo, menyampaikan apresiasinya atas antusiasme warga. “Festival seni dan gelar pangan lokal ini ternyata diminati masyarakat. Melalui kegiatan ini kami ingin membuka ruang perjumpaan, menguatkan UMKM lokal, serta menumbuhkan semangat seni dan budaya di tengah warga Kebraon dan Surabaya yang ber-bhinneka,” ujarnya, (06/12/25) Sabtu.
Ia juga mengungkapkan terima kasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Ditjen Riset dan Pengembangan Kemendikti Saintek yang telah mendukung penuh kegiatan tersebut. Menurutnya, Kebraon dipilih sebagai lokasi kegiatan karena menjadi rumah bagi Sanggar Anak Belong komunitas seni yang menaungi banyak remaja pinggiran.
“Bantuan ini kami tujukan kepada para penggiat seni. Di Kebraon ada Sanggar ‘Anak Belong’, tempat anak-anak terpinggirkan berkegiatan seni, agar mereka tidak kembali ke lingkungan negatif,” jelas mantan Rektor UWIKA tersebut.

Identitas Kebraon yang unik dengan gereja dan masjid yang berdampingan menjadi alasan lain dipilihnya kawasan ini sebagai ruang penguatan toleransi melalui seni. Dalam program tersebut, UWIKA turut melengkapi sarana sanggar berupa salon, sound system, kostum, hingga perlengkapan pementasan agar para peserta tampil percaya diri.
“Kami mengajak tokoh masyarakat, pelajar, hingga pihak gereja dan masjid untuk terlibat bersama. Selama ini mereka berjalan sendiri-sendiri, dan kini kita satukan dalam ruang seni,” tambah Priyo.
Festival ini menjadi puncak dari Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) 2025. Program ini bertujuan mengubah stigma remaja pinggiran menjadi motor penggerak toleransi melalui seni dan budaya. Nama Anak Belong sendiri berasal dari istilah Jawa “belong” tempat limbahnyang kini dijadikan simbol bahwa limbah pun dapat berubah menjadi berkah melalui kreativitas.
Dari pihak Gereja Santo Yusup, Romo Bruno Joko Santoso turut memberikan dukungan. “Keterlibatan gereja sebatas memfasilitasi kegiatan. Saya sangat mendukung acara ini,” ujarnya.
Kegiatan turut dihadiri Lurah Kebraon Distiani Dwi A., SH., Takmir Masjid Al-Furqon Rohman, Babinsa Anwar, serta dipandu oleh Gus Maksum dari Sanggar Anak Belong.
Di penghujung acara, dilakukan penandatanganan kesepakatan bersama untuk menciptakan ruang kolaboratif seni berbasis komunitas secara berkelanjutan. Selain itu, dilakukan penggalangan donasi kemanusiaan untuk anak bangsa di Sumatra yang terdampak bencana, bersumber dari donatur selama pementasan.






