Opini  

Jangan Lupa Tersenyum, Jangan Lupa Bahagia Hari Ini

JAKARTA (INDONESIAKINI.id) – Merenungi firman Allah SWT dalam Al-qur’an yang artinya “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah berbuat kerusakan di muka bumi.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al Qashash: 77).
Manusia terlahir kedunia tunggal tanpa membawa perlengkapan dalam keaadaan telanjang, hanya suara tangisan yang besar sebagai petanda bahagia orang yang menyaksikannya, terlahir atas perasaan bahagia orang tuanya sehingga rasa sakit mengandung dan melahirkan hilang ditubuh sang ibu, rasa was-was yang tak karuan sang ayah dari bulan pertama hingga bulan ke sembilan sampai seorang anak hadir kedunia menyaksikan cerahnya dunia sebagai tempat untuk menggapai rasa bahagia didunia dan kebahagiaan di akhirat.
Atas dasar rasa bahagia itulah manusia tumbuh dan berkembangan dibumi sesuai qudrah dan iradah dari Allah SWT. Terlahir dengan latar belakang apapun orang tuanya, manusia itu pada prinsipnya adalah makhluk yang paling bisa merasakan kebahagiaan.
Dikarenakan Bahagia itu adalah sebuah rasa, rasa itu terkadang ada namun terkadang hilang. Hal ini disebabkan oleh hormon istilah kesehatan, hormon adalah bahan kimia yang diproduksi oleh berbagai kelenjar diseluruh tubuh yang bertindak sebagai pembawa pesan. Senyawa kimia ini disebut sebagai neurotransmiter, tubuh manusia diberkahi kemampuan untuk memproduksi senyawa kimia yang dapat meningkatkan rasa bahagia.
Setidaknya ada empat jenis hormon yang selalu dikaitkan dengan ‘perasaan bahagia’ seseorang, yakni dopamin, oksitosin, serotonin dan endorfin. Keempat hormon ini memiliki fungsi berbeda namun keempatnya berkontribusi meningkatkan mood.
Namun bukan itu saja yang menjadi dasar manusia itu bisa merasakan bahagia. Sejak manusia tumbuh menjadi balita, berkembang menjadi anak-anak, tumbuh menjadi remaja hingga menjadi dewasa di dominasi oleh rasa bahagia, manusia ini berinteraksi dengan lingkungan sosial, apakah itu di lingkungan rumah tempat tinggal, lingkungan tempat menuntut ilmu, lingkungan bermain, lingkungan ibadah, lingkungan pertemanan, lingkungan keluarga, lingkungan pekerjaan semua adalah tempat yang mendukung sesorang merasa bahagia.
Tidak mungkin seseorang akan tinggal bersama lingkungan yang tidak membuat hidupnya bahagia, begitu juga lingkungan lainnya pasati tujuannya semua adalah membuat dirinya bahagia.
Setiap orang merasakan kebahagiaan itu namun ianya tidak mampu menjelaskan pengertian kebahagiaan itu karena setiap orang punya persepsi dan opini yang berbeda pada setiap rasa bahagia, kelebihan dan kekuarangan atas rasa bahagia itu pada setiap orang pasti berbeda beda.
Rasa bahagia yang dirasakan oleh seseorang bukan oleh sebab sesuatu yang telah dia dapatkan. Bukan faktor materi yang menjadikan seseorang itu bahagia, bukan karena banyak uang, punya jabatan, harta melimpah, bukan karena ilmu tinggi, bukan karena sesorang ahli ibadah.
Faktor Pertama sesorang bisa merasakan bahagia dikarenakan ia bisa bersyukur kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman yang artinya :
“Wahai Rabbku berilah aku kekuatan untuk bersyukur, sehingga aku dapat mensyukuri seluruh nikmat yang telah engkau karuniakan kepadaku dan kedua orangtuaku, sehingga aku bisa selalu beramal sholeh.” (QS. Al-Ahqaf:15).
tampak kepada kita bahwa syukur tidaklah sesederhana yang dibayangkan dan dipraktekkan oleh sebagian orang. Kesadaran diri manusia dalam memahami kedudukan dirinya sebagai hamba yang tidak memiliki apa apa terlahir kedunia sebagai makhluk, Mereka harus sadar bahwa tanpa pertolongan Allah SWT, semua itu tidak mungkin dapat mereka lakukan dengan baik dan benar. Sungguh atas kerahman dan rahimNya Allah SWT kepada apa yang telah diciptakannya, maka perlu manusia sadari sungguh Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali hanya pada Allah yang maha Tinggi dan Maha Agung.
Segala apa yang diciptakan Allah SWT di dunia ini adalah untuk menjadi alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiannya.
Karena sungguh segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan sangat memberi manfaat bagi kehidupan mahkluk di bumi.
Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an “Ya Tuhan kami, sungguh tidak ada yang sia-sia  apa yang telah engkau ciptakan. (QS Ali Imran [3]: 191).
Allah SWT menjanjikan, amalan syukur disertai iman adalah penghalang turunnya siksa Allah di muka bumi ini. Sebuah bangsa tidak akan mengalami krisis atau kesulitan jika mereka beriman dan bersyukur. Tidaklah Allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman (QS  an-Nisaa: 147).
Dia pun akan terus menambah kenikmatan itu jika kita pandai mensyukuri nikmat yang sudah diberikan-Nya (QS Ibrahim: 7). Sayangnya, sedikit sekali dari kita, hamba-hamba Allah, yang pandai bersyukur (QS Saba: 13), sehingga kesusahan kerap menimpa kita.
Itulah penyebab kenapa sebahagian manusia tidak dapat merasakan nikmat Kebahagiaan. Allah SWT tegaskan dalam surat  Ibrahim, ayat 7: Artinya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Faktor Kedua, kunci untuk selalu merasakan kebahagiaan dalam hidup ini adalah ikhlas. Sama halnya dengan syukur, Ikhlas adalah suatu sikap yang terlihat mudah diucapkan, namun banyak orang yang kesulitan menerapkannya dalam kehidupan.
Ikhlas adalah suatu sikap yang menjadikan niat hanya karena Allah SWT dalam melakukan amalan ketaatan. Jadi, amalan ketaatan tersebut dilakukan atas dasar seseorang telah mengenal dirinya dan Allah SWT sang khalid.
Mewujudkan ikhlas bukan pekerjaan yang mudah seperti anggapan orang jahil. Para ulama yang telah meniti jalan kepada Allah telah menegaskan sulitnya ikhlas dan beratnya mewujudkan ikhlas di dalam hati, kecuali orang yang memang dimudahkan Allah SWT.
Membersihkan diri dari hawa nafsu yang tampak maupun yang tersembunyi, membersihkan niat dari nafsu duniawi, juga tidak mudah.
Memerlukan usaha yang maksimal, selalu memperhatikan celah masuk bagi setan ke dalam jiwa manusia. dikarenakan hati manusia selalu berbolak-balik. Setan selalu menggoda, menghiasi dan memberikan perasaan was-was ke dalam hati manusia, serta adanya dorongan hawa nafsu yang selalu menyuruh berbuat jelek. Oleh Karena itu kita diperintahkan berlindung dari godaan setan.
Sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling bahagia dengan mendapatkan syafa’at engkau pada hari kiamat nanti?” Beliau menjawab: “Orang yang mengucapkan Laa Ilaha Illallah dengan ikhlas dari lubuk hatinya.” (HR. Al Bukhari)
beribadah kepada Allah karena atas kesadaran yang mendalam bahwa segala sesuatu yang ada adalah milik Allah dan hanya Allah-lah Tuhan yang sebenar-benarnya. Yang bisa membersihkan hamba dari pandangan terhadap amalnya ialah mempersaksikan karunia dan taufik Allah kepadanya, bahwa amal itu datang dari Allah dan bukan dari dirinya, kehendak Allahlah yang membuat amalnya ada dan bukan kehendak dirinya, sebagai-mana firman-Nya,
“Dan, kamu sekalian tidak dapat menghendaki kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.” (At-Takkwir: 29).
Di sini ada yang sangat bermanfaat baginya, yaitu kekuasaan Allah, bahwa dirinya hanyalah alat semata, perbuatannya hanyalah seperti gerakan pohon yang terkena hembusan angin, yang menggerakkannya selain dirinya, Kebaikan yang keluar dari jiwa itu hanya berasal dari Allah dan bukan yang berasal dari hamba.
Semua kebaikan yang ada pada diri hamba semata karena karunia Allah, pemberian, kebaikan dan nikmat-Nya. Pandangan hamba terhadap amalnya yang hakiki ialah pandangannya terhadap sifat-sifat Allah yang berkaitan dengan penciptaan, yang semua semata karena pemberian Allah, karunia dan rahmat-Nya.
Imam Al Ghazali pernah berkata: “Semua orang pasti akan binasa kecuali yang berilmu, orang yang berilmu akan binasa kecuali yang beramal, orang yang beramal binasa kecuali yang ikhlas.” Sungguh ikhlaslah yang kelak menjadi kekal atas apa yang dimiliki oleh manusia selama didunia.
Salah satu ciri manusia ikhlas adalah Merasa bahagia jika mengetahui kesuksesan orang lain, karena pada hakekatnya nikmat yang diterima saudaranya adalah nikmat yang juga bisa dia rasakan dan bermanfaat untuk saudara seiman.
Seorang ibu sangat berbahagia ketika melahirkan seorang anak, begitu ikhlasnya sang ibu yang memberikan ASI, menjaga, merawat, dan mengasuh anak bayinya. Dia tidak mengharapkan imbalan apapun melainkan hanya ingin anak bayinya sehat, cerdas dan tumbuh berkembang menjadi manusia baik
Seorang hamba yang ikhlas akan merasakan ketentraman jiwa, serta ketenangan jiwa.

PERINGATAN !!! hak cipta dilindungi undang-undang