Maruarar Sirait Undur Diri Dari PDIP, Ratusan Kader PDIP Kabupaten Majalengka Mengundurkan Diri, Ikuti Arah Politik Jokowi

MAJALENGKA (INDONESIAKINI.id) – Ratusan keder sayap partai dan simpatisan PDIP di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat berbondong-bondong mundur dari PDIP. Hal tersebut buntut pengunduran diri Maruarar Sirait dari partai berlambang banteng itu.

Pakar Politik Universitas Padjajaran (Unpad) Firman Manan mengatakan pengunduran diri yang dilakukan kader PDIP Majalengka merupakan hal wajar. “Itu kan masalah gerbong, sesuatu yang wajar, bagaimana pun Maruarar Sirait dan Majalengka itu adalah basisnya,” katanya, Selasa (16/1/2024).

Menurut Firman, mundurnya Maruarar Sirait sama halnya dengan pengunduran diri Dedi Mulyadi dari Partai Golkar. “Sudah ada kader PDIP yang jadi gerbong Maruarar Sirait, sama dengan Kang Dedi Mulyadi kalau dianalogikan, keluar dari Golkar kemudian ada kader Golkar, yang ada pada gerbong Dedi Mulyadi kemudian keluar,” ungkapnya

Menurut Firman, dinilai secara kelembagaan partai positif saja, di mana orang yang sudah beda pandangan dengan partai termasuk dengan keputusan strategis dari pada ciptakan konflik internal.

Disinggung apakah mundurnya Maruarar Sirait dan gerbongnya dari PDIP bakal merugikan Ganjar-Mahfud, ia menyebut hal tersebut belum dapat dipastikan. Sebab, harus melihat terlebih dahulu kekuatan gerbong Maruarar Sirait.

“Belum dapat disimpulkan, pertanyaannya sejauh mana Maruarar Sirait dan gerbongnya punya basis elektoral yang begitu besar, memindahkan dukungan ke partai lain atau capres lain, belum tahu kan,” jelasnya.

“Tergantung seberapa signifikan jumlahnya, itu kan belum kita tahu, seperti saya belum tahu sejauh mana basis pendukung Maruarar Sirait yang real ya,” tambahnya.

Meski demikian, ada juga potensi merugikan bagi Ganjar-Mahfud jika Maruarar Sirait dan gerbongnya mundur dari PDIP. “Bisa dua hal, satu kalau punya gerbong besar dan pemilih akar rumput, itu bisa merugikan secara elektoral. Bisa saja, belum tahu (keuatanya). Tapi bisa dilihat sisi positifnya ketika berbicara konsolidasi partai, kemudian tidak ada lagi potensi konflik di internal dari orang-orang yang menunjukkan beda pandangan, dan beda pilihan, ada semacam seleksi,” pungkasnya.