Antusiasme Pengunjung Tinggi, Basha Market Sukses Bantu Brand Lokal Naik Kasta

SURABAYA | Gelaran Basha Market kembali menyapa masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Membawa tema Broadway, event tahunan ini telah menjadi wadah bagi industri kreatif. Selama sepuluh tahun penyelenggaraannya, Basha Market konsisten menjaga semangat kreativitas dan melakukan berbagai inovasi untuk turut berperan membantu brand-brand lokal yang ada di Indonesia.

Kecintaan dan gerakan untuk membeli produk lokal sudah sangat pesat bertumbuh, masyarakat kini menyadari bahwa langkah tersebut juga memiliki arti untuk membantu meningkatkan perekonomian bangsa. Kualitas dari produk lokal saat ini juga tidak main-main. Selain itu brand lokal juga menawarkan desain orisinil dan otentik, serta lebih memahami kebutuhan atau preferensi konsumen karena memiliki kedekatan jarak jika dibandingkan dengan produk global.

“Perjalanan sepuluh tahun ini bukanlah perjalanan yang mudah, banyak adaptasi yang dilakukan oleh Basha hingga bisa berada di titik ini. Kalau kita mengingat di awal Basha pada 2014 lalu mencari brand lokal sangat susah. Dulu kita ketok pintu dari satu brand lokal ke brand lokal lainnya untuk bergabung menjadi vendor Basha,” ujar Devina Soegono, Co-Founder Basha Market, saat ditemui Basra disela gelaran Basha Market 2024 di Tunjungan Plaza Surabaya, Jumat (31/5) sore.

Devina melanjutkan, awalnya memang tidak banyak acara-acara sejenis Basha Market di Surabaya dan membuat Basha belum dapat mengukur tingkat kepuasan masyarakat dan brand lokal mengenai acara ini.

“Antusiasme masyarakat sangat tinggi, bahkan selalu meningkat di setiap tahunnya dan yang lebih penting adalah dampak ke brand lokalnya juga sangat baik,” ungkap Devina.

Basha juga mengganti jumlah penyelenggaraan yang biasanya bisa dilakukan 2-3 kali dalam setahun, kini hanya rutin diadakan sekali dalam setahun.

“Setelah beberapa tahun kami berjalan, format ini dirasa paling pas. Ternyata dampaknya jauh lebih besar dan jauh lebih baik untuk brand lokal,” tambah Devina.

Basha Market bukan hanya tentang acara ‘market-martekan’ atau acara senang-senang belaka; Basha mencerminkan sebuah perjalanan industri kreatif yang memiliki kekuatan besar. Banyak yang terdampak dalam satu kali penyelenggaraan Basha, sebut saja brand lokal memiliki kebutuhan untuk membuat katalog baru. Dari satu contoh itu saja ada berbagai aspek yang terdampak yakni, industri modelling, fotografer, fashion stylish, studio foto, desainer grafis, concept director, dan masih banyak lainnya.

“Hal ini yang dilihat Basha sebagai sebuah ukuran, bahwa keberhasilan sebuah acara tidak hanya diukur dari seberapa ramainya dibicarakan, tapi juga dari dampaknya terhadap banyak aspek di industri kreatif. Ini adalah momen yang pas untuk semuanya urun serta berperan dalam membentuk kekuatan ekonomi lokal,” tandasnya.

Sementara itu Christie Erin Co-Founder Basha Market menyebutkan bahwa Basha tidak lagi hanya memikirkan tentang event kreatif saja, tapi juga sebuah pergerakan ekonomi.

“Saya mendapatkan berbagai testimoni dari teman-teman brand lokal dan juga penggiat industri kreatif bahwa semuanya mendapatkan project dari adanya Basha Market. Itu membuat kami sangat senang, karena memang salah satu tujuan Basha ada di sana. Selain itu kami menjadi saksi dari kerja kerasnya brand-brand lokal yang terlibat di Basha Market dalam membuat koleksi-koleksi baru, memperbanyak stock, dan sangat passionate dengan apa yang mereka kerjakan,” terangnya.

“Ini bukan lagi tentang Basha, tapi tentang brand-brand lokal dari berbagai daerah di Indonesia yang mau datang ke Surabaya dan ingin memberikan usaha yang paling terbaik untuk pencintanya,” sambungnya.

Erin mengungkapkan, memasuki usia kesepuluh, kurasi akan brand-brand lokal yang ikut serta dalam Basha Market kian ketat. Pasalnya, saat ini ada banyak brand-brand lokal bermunculan.

“Itulah kenapa Basha juga selalu mau adaptasi dengan perkembangan hari ini dan bagi kami sudah saatnya kita regenerasi,” tukas Erin.

Dari Basha, regenerasi dilakukan dari sisi marketing. Basha harus membuka sebanyak-banyaknya peluang kolaborasi dengan KOL, melaksanakan beberapa program-program baru dan efektif untuk saat ini, bahkan juga berani untuk melakukan regenerasi vendor atau brand lokal yang terlibat.

“Regenerasi vendor di sini bukan juga artinya vendor lama gak boleh ikut Basha ya, tapi vendor atau brand-brand lokal yang pernah terlibat di Basha sebelumnya harus mau mengikuti standar industri sekarang. Kami harus berani mengucapkan selamat tinggal untuk vendor yang tidak berkembang dan juga menerima vendor yang mampu membuka market baru. Apakah itu mudah? Jelas tidak, tapi ini harus kami lakukan agar semuanya bisa maju bersama,” jelas Erin.

Bicara tentang hari ini, kekuatan ekonomi sedang berada di Generasi Z, menurut Erin itu merupakan tantangan baru, karena Basha dibuat awalnya dari dan untuk Generasi Milenial. Jadi, memasuki usia kesepuluh adalah waktu yang tepat untuk Basha melakukan regenerasi serta adaptasi.

Menurutnya, jika Basha terlalu nyaman dengan market yang itu-itu saja, akan membuat industri ini tidak berjalan.

“Nanti kami jadi stuck, brand lokal yang terlibat juga tidak berkembang, itu kenapa penting bagi kita terus beradaptasi,” tutup Erin.

 

(nugi)