SURABAYA | DPW LDII Jawa Timur bekerja sama dengan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jatim menggelar Training of Trainer (ToT) mengenai literasi digital dan bijak bermedia sosial.
Kegiatan bertema “Membangun Ruang Publik yang Sehat dan Peradaban Luhur Bangsa dengan Bijak bermedia Sosial” digelar, Sabtu (29/6/2024) di Aula Ponpes Sabilurrosyidin Annur, Surabaya, Jatim.
Kegiatan dihadiri 80 peserta perwakilan 38 DPD LDII Kota/Kabupaten se-Jatim. Saat membuka pelatihan, Kepala Diskominfo Jatim, Sherlita Ratna Dewi Agustin mengatakan, pengguna internet di Indonesia mencapai angka 79,5%. Data tersebut diambil dari hasil survei Asosiasi Pengusaha Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2024.
Menurut Sherlita, teknologi informasi memiliki 2 sisi yang harus dipahami, satu sisi memberi manfaat dan sisi lain ada yang perlu diwaspadai. Dengan mudahnya mengakses semua informasi melalui internet, ia berharap masyarakat bijak bermedia sosial, terutama mengantisipasi gempuran informasi hoaks.
“Kemampuan masyarakat Indonesia dalam mengenali informasi hoaks relatif masih rendah. Tingkat akses internet yang tinggi yang mencapai 80%, tapi literasi digital masih minim. Hal itu mengakibatkan gap yang tinggi diantaranya banyak masyarakat kita yang tidak mengenali apakah ini hoaks atau bukan,” ungkap Sherlita.
Ia mengapresiasi DPW LDII Jatim membantu mengedukasi para generasi muda bijak bermedia sosial serta literasi digital. Pihaknya akan meningkatkan sinergisitas antara LDII dengan Diskominfo setempat, salah satunya dengan membuka peluang bagi para pemuda LDII untuk magang di Diskominfo Jatim.
Sejalan dengan Kadiskominfo Jatim, Ketua DPW LDII Jatim KH Moch. Amrodji Konawi mengatakan, hadirnya media sosial (medsos) di satu sisi memberi manfaat, di sisi lain memunculkan berbagai macam hal negatif, seperti mengalirnya berita hoaks.
Di samping berita hoaks, lanjut Amrodji, kebenaran saat ini dibentuk oleh persepsi bukan kebenaran berdasarkan fakta, atau disebut pula kebenaran baru (post truth).
“Karena kebenaran itu ada kebenaran yang memang kebenaran hakiki, juga ada kebenaran palsu. Kebenaran palsu ini yang diframing di media sosial sehingga sesuatu yang salah menjadi sebuah kebenaran,” ujarnya.
Amrodji juga mengingatkan generasi muda agar lebih berhati-hati tentang ujaran kebencian (hate speech) di media sosial. “Ini sesungguhnya jauh dari nilai-nilai Islam dan ini harus kita hindari. Belum lagi saat ini marak juga kasus judi online dan pinjaman online,” imbuhnya.
Amrodji menambahkan, sebagai Ormas Islam, LDII mempunyai kewajiban untuk memberikan edukasi literasi digital pada masyarakat. Salah satunya melalui Biro Komunikasi Informasi dan Media (KIM) dan Teknologi Informasi dan Aplikasi Telematika (TIAT) yang menggelar ToT literasi digital pada generasi muda.
“Tentunya ini bukan hanya untuk generasi muda LDII, tetapi masyarakat secara umum. Tidak hanya sekedar bijak bermedia sosial, tetapi membentengi diri agar tidak sampai terjerumus kepada hal-hal negatif di media sosial,” kata Amrodji.
(nugi)