UNAIR Bangga Jadi Tuan Rumah Pertama ICAS di Indonesia

SURABAYA | The 13th International Convention of Asian Scholars (ICAS) resmi dibuka melalui Opening Ceremony and Gala Dinner di Taman Surya, Balai Kota Surabaya, pada Minggu (28/07/2024). Rektor Universitas Airlangga (UNAIR), Prof. Dr. Mohammad Nasih SE MT Ak, mengapresiasi dedikasi tim Airlangga Institute of Indian Ocean Crossroads (AIIOC) sebagai sekretariat pelaksana ICAS ke-13.

Prof. Nasih merasa bangga bekerja sama dengan International Institute for Asian Studies (IIAS) dan dipercaya sebagai tuan rumah ICAS 13, yang pertama kali diselenggarakan di Indonesia. “Ini merupakan kehormatan besar bagi UNAIR menjadi tuan rumah pertama ICAS 13 di Indonesia. Ini bukti komitmen UNAIR untuk membina kemitraan akademis global dan berkontribusi pada komunitas akademik global,” tutur Prof. Nasih.

ICAS: Kesempatan Emas Bagi Pemuda Indonesia

Pada malam ceremony tersebut, hadir Hilmar Farid Ph.D. selaku Direktur Jenderal Kebudayaan. Menurutnya, konferensi internasional seperti ICAS adalah peluang emas bagi pemuda Indonesia. “Bagi kami, ini kesempatan bagus bagi muda-mudi Indonesia untuk terlibat dalam setiap perbincangan hebat ini. Anak muda harus bisa gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya,” ujarnya.

Hilmar Farid juga mengapresiasi tema “Crossways of Knowledge” dengan konsep konferensi festival ICAS 13, yang memungkinkan pertukaran ilmu pengetahuan yang interaktif antara akademisi, praktisi, dan masyarakat lokal.

“Konferensi ini tidak hanya terdiri dari diskusi tetapi juga memungkinkan adanya bentuk ekspresi yang berbeda. Hal ini sangat bagus. Karena di sini kamu bisa memiliki karya seni sebagai bagian dari konferensi,” kata Hilmar.

Apresiasi IIAS Kepada AIIOC

Prof. Philippe Peycam, Direktur IIAS, merasa bahagia dapat bekerja sama dengan AIIOC dalam menyelenggarakan ICAS ke-13. Ia mengaku takjub dengan konsep “conference festival” yang AIIOC rancang untuk ICAS tahun 2024.

“Dalam mempraktikkan eksperimen baru mengenai keterlibatan intelektual, kami beruntung menemukan rekan-rekan kami di AIIOC dan UNAIR yang mau menerima tantangan ini bersama kami,” ujar Philippe.

Philippe juga terkesan dengan pesona Kota Surabaya sebagai kota metropolitan yang tetap memiliki banyak nilai budaya dan menjadi rumah bagi seniman dan budayawan.

“Keindahan keberagaman dan semangat inilah yang membuat IIAS memilih Surabaya sebagai tuan rumah bersama AIIOC sebagai sekretariat pelaksana. Kami segera menyadari, dengan begitu ICAS versi baru, sebagai ConFest, sebagai acara yang tertanam secara lokal dan terhubung secara global,” tutur Philippe.

 

(nugi)