Hilangnya Tradisi Gawai Padi “Nyitik” Masyarakat Dayak Bakati Subah

Foto : Komunitas Adat Subah Kabupaten Sambas dan Kabupaten Bengkayang,Kalimantan Barat.

INDONESIAKINI.ID, Subah, Sambas– Masyarakat adat Dayak tentunya memiliki banyak tradisi dan budaya yang menjadi ciri khas masing-masing suku Dayak tersebut.

Seiring zaman banyak tradisi yang sudah mulai pudar tidak lagi diwariskan kepada generasi muda.

Salah satu nya Tradisi tahun baru Padi (Nyitik) masyarakat Dayak Bakati, Desa Balai Gemuruh, Kecamatan Subah, Kabupaten Sambas.

Tradisi Tahun Baru Padi (Nyitik) ini merupakan salah satu tradisi sebagai ucapan rasa syukur kepada Jubata (Tuhan) dan nenek moyang atas hasil panen pertanian masyarakat adat Dayak Bakati.

Salah satu penyebab tradisi Tahun baru padi (Nyitik) hilang menurut Kepala desa Balai Gemuruh Maman (37) mengatakan tradisi tahun baru padi hilang karena saat ini hampir mayoritas masyarakat Dayak Bakati beralih berkebun dan bekerja di Perusahaan Sawit.

“Yang menyebabkan hilang nya tradisi ini adalah masyarakat dayak subah beralih ke kebun sawit ada juga yang masih melakukan pertanian beraldang namun hanya beberap ,Mayoritas masyarakat Khususnya pemuda zaman sekarang tidak lagi mau berladang menanam padi alasannya ribet dan hasilnya tidak memuaskan, sehingga mereka lebih memilih menanam sawit daripada berladang.” Ungkapa Maman Kades Balai Gemuruh

lebih lanjut,Menurut Kepala Desa Balai Gemuruh diperkirakan Penghasilan masyarakat di Desa Balai Gemuruh 75% berpenghasilan dari tanaman Sawit. Sejak
awal Tahun 2000-an Tradisi Tahun baru padi (Nyitik) ini sudah mulai hilang di beberapa kampung yang ada di desa Balai Gemuruh Ini.

“Apalagi di tahun-tahun sekarang sudah banyak yang meninggalkan tradisi berladang tersebut, hanya di beberapa kampung yang masih ada yang berladang contohnya Mejo dan Sei Enau, Selain itu berladang juga hanya sekali setelah itu lahan bekas berladang pun dijadikan sebagai perkebunan Kelapa Sawit Juga” Jelas Maman.

Pada Bulan Mei 2024 di Kecamatan Subah Melaksanakan Kegiatan Barape Sawa’ Yang Ke-1 dimana kegiatan tersebut bertujuan untuk sebagai rasa syukur atas hasil panen dan sebagai bentuk warisan budaya adat.

“Dengan adanya kegiatan tersebut yang diselenggarakan terkesan baik dan Patut kita Apresiasi, kemungkinan akan adanya keberlanjutan dari kegiatan tersebut, diharapkan dari kegiatan ini bisa melestarikan tradisi yang sudah ada sejak nenek moyang dulu seperti berladang dan Bertani bisa diturunkan ke generasi berikutnya”.Cetusnya.

Hal senada juga di sampaikan salah satu Tokoh Masyarakat Adat Balai Gemuruh Djoni (68) ia mengataka Hilangnya Tradisi Tahun Baru Padi (Nyitik) Khususnya di Kampung Sempuat sudah tidak dilestarikan

“Mayoritas Penduduk Kampung Sempuat ini adalah orang Dayak dan pastinya punya tradisi berladang, dan pada waktu itu tradisi Nyitik ini masih ada tetapi sekarang tradisi itu sudah tidak dilestarikan karena masyarakat lebih memilih bekerja dan menanam sawit,” ucapnya.

Djoni menambahkan Masyarakat Sempuat Mayoritas bekerja di perkebunan sawit perusahaan dan menanam sawit Pribadi daripada berladang.

“Saya Sudah 19 Tahun tidak berladang padahal dulu pernah berladang banyak hama yang mengganggu padi” Lanjutnya.
Beliau berpesan kepada anak muda sekarang harus bisa melestarikan adat dan tradisi berladang agar Tidak hilang ditelan Zaman.saya berharap dan mengajak generasi muda harus bisa melestarikan tradisi nenek moyang kita yaitu berladang dan menanam padi” Tutupnya.Djoni. (Robin)

Sumber : Komunitas Pemuda Adat Sambas dan Bengkayang.