ASEAN Health Ministers Meeting ke-16: AIDP Diluncurkan Perkuat Kesiapsiagaan Pandemi & Pertahanan Penyakit Udara

VIENTIANE, LAOS | Platform Pertahanan Infeksi Udara (Airborne Infection Defense Platform, AIDP) resmi diluncurkan untuk memperkuat penanganan tuberkulosis (TBC) di ASEAN, meningkatkan sistem kesehatan, serta kesiapsiagaan terhadap pandemi. Platform ini bertujuan mengatasi masalah infeksi pernapasan yang menular melalui udara.

Inisiatif ini diluncurkan dalam acara ASEAN Health Ministers Meeting (AHMM) ke-16, dengan sambutan pembuka dari Menteri Kesehatan Laos, H.E. Dr. Bounfeng Phoummalaysith. Acara ini dihadiri perwakilan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, drs. Bayu Teja Muliawan, S.H., M.Pharm, M.M., Apt., Dr. Teodoro Javier Herbosa selaku Ketua Dewan Stop TB Partnership, serta delegasi dari negara-negara ASEAN lainnya.

Mereka berkumpul untuk membahas situasi TBC dan kesiapan penanganan pandemi di kawasan ASEAN, memperkuat kerja sama antar pemangku kepentingan, serta meningkatkan kapasitas negara dalam melawan penyakit yang ditularkan melalui udara.

AIDP didukung oleh United States Agency for International Development (USAID) dan diimplementasikan oleh Stop TB Partnership Geneva serta Stop TB Partnership Indonesia (STPI), sebuah lembaga non-profit yang fokus pada eliminasi TBC. Platform ini juga mendapat persetujuan dari negara-negara anggota ASEAN.

Menurut laporan Global TB Report 2024, lebih dari 2,4 juta orang di ASEAN diperkirakan terkena TBC. Lima negara ASEAN, termasuk Indonesia, masuk dalam daftar negara dengan beban TBC tertinggi di dunia menurut World Health Organization (WHO). Indonesia sendiri merupakan negara dengan beban TBC tertinggi kedua di dunia, menyumbang 10% dari kasus TBC global pada tahun 2022.

Pandemi Covid-19 memperburuk situasi TBC di Indonesia, dengan penurunan pendanaan sekitar 8,7% antara tahun 2019 dan 2020. Hal ini menambah tantangan dalam menanggulangi TBC, sehingga diperlukan peningkatan upaya untuk menanggulangi penyakit ini di tengah situasi yang ada.

Dalam dialog kepemimpinan, Bayu Teja Muliawan, Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, menyatakan bahwa Indonesia berhasil bangkit dari dampak pandemi berkat pemantauan intensif dan kerja sama dengan berbagai pihak. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi ASEAN untuk memperkuat penanggulangan TBC dan kesiapsiagaan pandemi.

AIDP akan bekerja sama dengan negara-negara ASEAN dan organisasi global untuk menyusun kebijakan, bertukar pengetahuan, teknologi, dan sumber daya manusia guna memperkuat kapasitas melawan TBC serta meningkatkan kesiapsiagaan terhadap pandemi.

Platform ini akan fokus pada penguatan respon TBC di tingkat komunitas dan pelayanan primer, dengan memanfaatkan teknologi canggih seperti X-ray digital portabel dan diagnostik molekuler cepat.

Dr. Suvanand Sahu, Deputi Eksekutif Direktur Stop TB Partnership, menyampaikan bahwa fase pertama proyek ini akan melibatkan pengumpulan data di 10 negara ASEAN.

Data ini akan memberikan gambaran kapasitas masing-masing negara dalam menanggulangi TBC dan pandemi, serta membantu merekomendasikan tindakan untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Fase kedua akan berfokus pada dukungan terhadap komunitas dan layanan kesehatan primer di seluruh ASEAN.

Dr. Teodoro Herbosa menambahkan bahwa investasi dalam penanggulangan TBC juga merupakan investasi dalam mengatasi semua infeksi yang ditularkan melalui udara. Penelitian menunjukkan bahwa pencegahan dan pengobatan TBC mengalami penurunan selama pandemi Covid-19, yang berdampak pada peningkatan penularan dalam rumah tangga dan menurunnya akses terhadap vaksinasi serta pengobatan.

Dengan diluncurkannya AIDP, diharapkan ASEAN dapat lebih siap menghadapi TBC dan pandemi di masa depan, serta memperkuat sistem kesehatan di kawasan ini.

 

(nugi)