SURABAYA | Meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun luar negeri, ekonomi Jawa Timur diperkirakan akan tetap solid hingga akhir tahun 2024. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada triwulan II 2024, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur mencapai 4,98 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dan tumbuh 2,87 persen secara kuartalan (quarter-to-quarter/q-to-q).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, Erwin Gunawan Hutapea, menyatakan bahwa kondisi ekonomi di Jawa Timur hingga akhir tahun masih berada di jalur yang tepat.
“Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur hingga akhir tahun akan berada pada kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen (yoy),” ujarnya dalam acara media briefing bertajuk “Penguatan Sinergi Menjaga Stabilitas dan Momentum Peningkatan Kinerja Ekonomi Jatim,” yang digelar di Surabaya, (22/08/24) Kamis.
Erwin menjelaskan bahwa faktor domestik seperti permintaan dalam negeri yang kuat dan perbaikan hubungan dagang dengan mitra luar negeri, serta panen yang maju di awal triwulan kedua, menjadi pendorong utama stabilitas ekonomi Jawa Timur.
Namun, ia juga mengingatkan akan adanya tantangan yang dapat memengaruhi stabilitas ini, termasuk pemilihan kepala daerah serentak di Indonesia dan pemilihan presiden di Amerika Serikat.
Di sektor jasa keuangan, Direktur Pengawasan Prilaku PUJK Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jawa Timur, Dedy Patria, melaporkan bahwa industri jasa keuangan di Jawa Timur menunjukkan pertumbuhan yang positif dan diperkirakan akan tetap stabil hingga akhir tahun.
“Penghimpunan dana pihak ketiga dan penyaluran kredit tumbuh masing-masing sebesar Rp56,8 triliun (7,81 persen) dan Rp29,4 triliun (5,30 persen) per Juni 2024, dengan rasio NPL terkendali di angka 3,24 persen,” ungkapnya.
Dedy juga menyoroti peningkatan di sektor-sektor lain, seperti asuransi, dana pensiun, industri pembiayaan, serta jumlah emiten di Jawa Timur yang mencapai 54 perusahaan per Juni 2024. Pembiayaan fintech bahkan tercatat tumbuh 32,66 persen (yoy) dengan nilai Rp8,59 triliun. Pergadaian swasta dan lembaga keuangan mikro juga mencatatkan pertumbuhan masing-masing sebesar 24,68 persen dan 6,94 persen (yoy).
Sebagai bagian dari upaya meningkatkan inklusi keuangan, OJK terus mengoptimalkan produk simpanan dan kredit, termasuk memperluas akses keuangan syariah dan mendorong inklusi keuangan di pondok pesantren.
“Kami berharap peran aktif dari berbagai pemangku kepentingan, agar pengembangan keuangan inklusif di daerah pedesaan bisa dilakukan secara masif,” pungkas Dedy.
Masih lanjut Dedy, di sektor perdagangan yang merupakan salah satu pilar ekonomi utama Jawa Timur, juga mencatatkan pertumbuhan signifikan selama paruh pertama 2024. Ini dipengaruhi oleh stabilnya harga komoditas dan meningkatnya ekspor produk unggulan, seperti olahan pangan dan tekstil, ke pasar global.