SIDOARJO | Irfandi, bersama pemuda Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, tergerak oleh kekhawatiran akan dampak teknologi terhadap anak-anak. Mereka kemudian mendirikan Kampung Lali Gadget, sebuah tempat yang menawarkan berbagai permainan tradisional sebagai alternatif edukatif bagi anak-anak dan keluarga untuk mengurangi ketergantungan terhadap gadget.
Menurut Irfandi, pendiri Kampung Lali Gadget, inisiatif ini telah mendapatkan respon positif dari banyak orang tua dan pengunjung. “Di sini, kami ingin anak-anak menikmati permainan tradisional sambil belajar nilai kebersamaan dan kepemimpinan. Dengan begitu, mereka bisa sejenak melupakan gadget mereka,” ujarnya.
Kampung Lali Gadget juga sering bekerja sama dengan berbagai sekolah untuk memperkenalkan permainan tradisional kepada siswa, sekaligus membangun teamwork di antara mereka. Inisiatif ini menarik perhatian PLN Peduli, yang mulai berkolaborasi dengan Kampung Lali Gadget pada tahun 2024.
“Permainan yang kami tawarkan mencakup berbagai aktivitas seni hingga outbound di sawah dan lapangan, semuanya dirancang untuk membuat anak-anak fokus bermain bersama teman-temannya tanpa terganggu oleh gadget,” kata Irfandi.
Tahun ini, PLN melakukan revitalisasi fasilitas di Kampung Lali Gadget, termasuk memperbaiki kolam bermain, fasilitas permainan, dan pendopo baca. Selain itu, PLN juga mendukung pelaksanaan klinik kecanduan gadget dan perlombaan permainan tradisional dengan melibatkan sekolah-sekolah di Kabupaten Sidoarjo. Hingga Agustus 2024, tercatat sebanyak 4.702 pengunjung telah merasakan manfaat dari pengalaman di Kampung Lali Gadget.
General Manager PLN UID Jawa Timur, Agus Kuswardoyo, berharap kolaborasi ini dapat meningkatkan peran keluarga dalam membangun karakter generasi penerus yang tetap berpegang pada nilai-nilai budaya lokal.
“PLN berkomitmen untuk terus mendukung perkembangan Kampung Lali Gadget, karena membangun karakter generasi penerus adalah tanggung jawab bersama, agar mereka tidak hanya unggul dalam teknologi, tetapi juga tetap memegang teguh budaya lokal,” ungkapnya.
Agus menambahkan bahwa meskipun kecakapan anak dalam menggunakan gawai dan gim daring dapat meningkatkan literasi digital dan daya saing SDM, namun penanaman karakter berbasis budaya lokal tetap penting sebagai penyeimbang.