SURABAYA – Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BKHIT) Surabaya yang berlokasi di Jalan Kalimas Baru No. 88, Tanjung Perak, terus memperketat pengawasan terhadap komoditas yang masuk dan keluar, termasuk hewan, ikan, daging, telur, serta tumbuhan. Saat ini, sebanyak 30 ekor sapi tengah menjalani pemeriksaan ketat sebagai bagian dari prosedur karantina.
Langkah ini merupakan bagian dari persiapan menghadapi Hari Raya Idul Fitri 2025, sekaligus memastikan keamanan pangan dan kesehatan hewan di wilayah tersebut. Kepala Balai Karantina Surabaya, Drh. Hari Yuwono Ady, M.Si., menegaskan bahwa pihaknya siap menjalankan tugas pengawasan dan pelayanan secara maksimal.
“Kami ingin memastikan bahwa seluruh pejabat karantina sudah siap memberikan pelayanan terbaik. Selain itu, kami juga harus memastikan bahwa semua komoditas yang diperiksa bebas dari penyakit hewan karantina (PHK),” ujarnya saat diwawancarai awak media, (24/03/25) Senin.
Terkait kebijakan Work From Anywhere (WFA) yang diberlakukan pemerintah mulai 24 hingga 27 Maret, Drh. Hari menegaskan bahwa petugas karantina tetap harus menjalankan tugas mereka di lapangan. “Kami berbeda dengan instansi lain. Pemeriksaan fisik terhadap komoditas tetap harus dilakukan untuk menjamin keamanan,” tambahnya.
Selain pemeriksaan rutin, pihaknya juga terus mengawasi aktivitas yang berkaitan dengan HPHK (Hama Penyakit Hewan Karantina), HPIK (Hama Penyakit Ikan Karantina) dan OPTK (Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina). Ia pun mengapresiasi seluruh tim yang tetap bertugas selama periode cuti bersama hingga 7 April untuk memastikan layanan tetap berjalan optimal.
“Kami tetap menjalankan tugas menjaga Jawa Timur dan Indonesia dari ancaman penyakit hewan maupun hama tanaman. Hingga saat ini, kondisi masih terkendali sesuai SOP yang berlaku,” jelasnya.
Salah satu fokus utama pengawasan adalah pengiriman sapi dari Jawa Timur ke Banjarmasin. Hewan-hewan tersebut saat ini dalam masa karantina, menunggu hasil uji laboratorium terkait penyakit mulut dan kuku (PMK).
“Dari pemeriksaan fisik, tidak ada indikasi gejala klinis. Kami berharap sapi-sapi ini sehat dan bisa memenuhi kebutuhan daging masyarakat,” tuturnya.
Apabila hasil uji laboratorium, termasuk PCR, menunjukkan hasil negatif, sapi-sapi tersebut akan segera disertifikasi dan dikirim ke tujuan. “Jika semuanya memenuhi syarat kesehatan, kami akan segera menerbitkan sertifikat dan melaporkan ke kantor pusat untuk proses pengiriman,” pungkasnya.