SURABAYA – PT Pelindo Terminal Petikemas secara resmi menyerahkan pengelolaan Terminal Peti Kemas (TPK) Berlian kepada PT Terminal Teluk Lamong (TTL) mulai 1 Juli 2025. Sebelumnya, operasional terminal ini dikelola oleh PT Berlian Jasa Terminal Indonesia (BJTI).
Langkah ini merupakan bagian dari strategi pemurnian bisnis pasca penggabungan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo. Ke depan, BJTI akan fokus pada bisnis pengelolaan kawasan industri terintegrasi dengan pelabuhan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE).
“Seluruh tanggung jawab operasional dan non-operasional TPK Berlian kini berada di bawah kendali TTL, termasuk perencanaan, layanan pelanggan, hubungan komersial, dan kerja sama dengan para pemangku kepentingan,” ujar Corporate Secretary PT Pelindo Terminal Petikemas, Widyaswendra, Selasa (1/7/2025).
Ia menambahkan, proses serah kelola ini telah dirancang secara matang, termasuk sosialisasi kepada pengguna jasa dan seluruh pekerja BJTI. Menurutnya, hal ini merupakan upaya untuk memastikan transisi berjalan lancar dan tidak mengganggu layanan.
Dengan pengambilalihan ini, TTL menambah portofolionya dalam pengelolaan terminal peti kemas domestik setelah sebelumnya mengelola TPK Nilam sejak 1 Mei 2024.
“Harapannya, TTL dapat memberikan layanan yang lebih optimal dan meningkatkan kepuasan pengguna jasa,” lanjut Widyaswendra.
Langkah Pelindo mengalihkan pengelolaan TPK Berlian disambut positif oleh pelaku usaha pelayaran dan logistik di Surabaya. Mereka menilai langkah ini dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan di pelabuhan.
Ketua DPC Indonesian National Shipowners Association (INSA) Surabaya, Steven H. Lesawengan, mengatakan bahwa pengalihan ini merupakan langkah internal perusahaan yang bertujuan menciptakan tata kelola yang lebih efektif.
“Pemurnian bisnis seperti ini sah-sah saja. Selama tujuannya untuk meningkatkan efisiensi dan tata kelola, tentu kami sangat mendukung,” kata Steven.
Ia berharap efisiensi yang dihasilkan dari peralihan ini juga berdampak langsung terhadap layanan bagi pelaku usaha, seperti pengurangan waktu tunggu kapal dan biaya logistik.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Surabaya, Sebastian Wibisono, menegaskan bahwa peralihan ini sepenuhnya menjadi kewenangan Pelindo. Namun ia berharap tidak ada penurunan kualitas layanan.
“Kami mendukung penuh, asalkan service level yang selama ini ada tidak menurun. Syukur-syukur kalau bisa lebih baik,” ujar Sebastian yang akrab disapa Wibi.
Ia menambahkan, stabilitas operasional pelabuhan sangat krusial bagi kelancaran distribusi barang. Oleh karena itu, peningkatan mutu pelayanan menjadi harapan utama pelaku usaha logistik.