Oleh: Gregorius Cristison Bertholomeus, S.H., M.H.
PENDIDIKAN sering dianggap sebagai kunci keberhasilan dalam hidup seseorang. Akan tetapi, pandangan ini sering disalahartikan sebagai pengetahuan akademis semata. Sayangnya, pendidikan seharusnya lebih dari sekadar mengejar nilai tinggi dan mendapatkan gelar akademik. Pendidikan yang sebenarnya adalah proses pembentukan karakter, moral, dan integritas seseorang sehingga ia bisa menjadi pribadi yang berkontribusi positif untuk masyarakat luas.
Seseorang yang pintar, cerdas, cakap, atau memiliki kecerdasan tinggi belum tentu bisa dikatakan berpendidikan. Orang ini bisa saja memiliki kemampuan intelektual yang luar biasa, tetapi tidak mampu mengaplikasikan pengetahuannya secara bijaksana dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan sosial dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik juga merupakan bagian penting dari pendidikan yang terkadang terabaikan dalam pengertian pendidikan yang sempit.
Bahkan, orang yang cakap tanpa pendidikan yang seimbang cenderung menjadi arogan dan terkesan meremehkan orang lain. Mungkin saja mereka berpikir bahwa pengetahuan akademik mereka sudah cukup untuk membenarkan pendapat mereka, bahkan jika itu merugikan orang lain. Tanpa karakter dan moral yang baik, kecerdasan intelektual hanya menjadi beban bagi diri mereka sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Di sisi lain, seseorang yang berpendidikan bisa saja memiliki tingkat kecerdasan yang rata-rata, tetapi mampu menggunakan pengetahuan dan keterampilannya secara efektif dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mungkin tidak memiliki pengetahuan akademik yang tinggi, tetapi memiliki keterampilan sosial dan kemampuan berkomunikasi yang baik. Mereka juga cenderung memiliki karakter dan moral yang baik, sehingga mampu mengambil keputusan yang bijaksana dan berkontribusi positif pada masyarakat.
Oleh karena itu, pendidikan yang sebenarnya seharusnya melibatkan pengembangan pengetahuan, keterampilan, karakter, bahkan moral. Pendidikan terbaik bukan hanya sekadar menghasilkan orang-orang pintar, cakap, atau cerdas, tetapi juga menghasilkan individu yang terdidik secara menyeluruh. Pendidikan seharusnya membantu seseorang menjadi manusia yang lebih baik, bukan hanya sekadar menghasilkan gelar atau sertifikat, namun tanpa memiliki buku bacaan bahkan catatan sepeser pun selama menempuh kuliah di perguruan tinggi.
Kesimpulannya, orang cerdas belum tentu bisa dikatakan berpendidikan. Pendidikan seharusnya lebih dari sekadar mengejar pengetahuan akademik semata, melainkan juga melibatkan pengembangan karakter, moral, dan integritas. Orang yang terdidik cenderung memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan berkontribusi positif pada masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan yang seimbang dan holistik menjadi kunci untuk menciptakan manusia-manusia yang berkontribusi positif bagi masyarakat secara umum.
Akhir kata, “Yang mengerikan dari pendidikan ialah jebakan gelar. Seseorang jadi gengsi melakukan pekerjaan yang dia pikir bukan levelnya.”