Opini  

Gambaran Surga yang Ternodai

Oleh: Windi Dinda Bajo

Bayangkan hamparan laut biru-toska di ujung Pulau Kabalutan: jernih, tenang, dan penuh biota laut yang sehat. Sayangnya, keindahan itu kontras dengan kondisi daratannya-jejak sampah plastik berserakan di jalan setapak, bahkan tersangkut di tiang-tiang rumah. Inilah cerita dua wajah Kabalutan: lautan yang alhamdulillah masih asri, dan daratan yang butuh uluran tangan kita.

1. Peta Masalah

(Perkiraan lapangan Komunitas Kabalutan Bersih, 2024)

2. Mengapa Kita Harus Peduli Sekarang

Ekonomi Nelayan Terancam
Mikroplastik di terumbu karang menurunkan populasi ikan konsumsi.

Pariwisata Bisa Anjlok
Traveler datang untuk lautnya; jika daratan kotor, ulasan buruk bisa cepat viral.

Kesehatan Warga
Sampah organik yang membusuk memicu diare, demam berdarah, dan infeksi kulit.

3. Cerita Inspiratif: Bank Sampah Sombori

Pulau tetangga, Sombori, pernah mengalami masalah serupa. Berkat program Bank Sampah, warga menukar botol plastik dengan telur ayam, beras, hingga pulsa. Dalam 18 bulan, volume sampah liar turun 40 persen. Model ini bisa ditiru di Kabalutan dengan penyesuaian lokal.

4. Solusi Konkret yang Bisa Dilakukan SEKARANG

1. Gerakan Jumat Bersih-Wajibkan tiap RT membersihkan area dalam radius 100 meter dari rumahnya.

2. Tempat Sortir Komunal – Bangun pos sederhana (dari bambu dan terpal) di tiga titik strategis: dermaga, pasar, dan balai desa.

3. Edukasi 3R di Sekolah – Libatkan guru untuk mengajarkan ecobrick dan kompos.

4. Kemitraan dengan Pengusaha Perahu – Setiap kapal wisata membawa kantong sampah kembali ke daratan besar.

5. Workshop Upcycle – Ajak UMKM membuat tas anyaman dari plastik kresek; nilai jualnya tinggi di pasar online.

5. Ajakan Aksi

Kabalutan bukan hanya rumah kita saat ini, tapi juga warisan untuk anak-cucu. Mari mulai dari langkah kecil: kantongi sampahmu sendiri, ikut Jumat Bersih, dan sebarkan kampanye #PulauTanpaSampah di media sosial. Laut sudah menjaga kita dengan rezekinya—giliran kita menjaga daratannya.

“Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?”

Penutup

Tulisan ini bukan sekadar cerita; ini panggilan hati. Yuk, wujudkan Kabalutan yang bersih luar-dalam, agar keelokan lautnya berpadu dengan daratan yang sehat, lestari, dan membanggakan!

Ayo…!!
Lestarikan lingkungan laut kita.