BANGKA – Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Agama Buddha Kabupaten Bangka melaksanakan kegiatan Dhamma Talk dalam rangkaian kegiatan Dhamma Class bagi 211 murid SMP pada hari Rabu (12/03/2025).
Dhamma Talk tersebut dilaksanakan di Dhammasala Puri Tri Agung, Desa Rebo, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka.
Hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut adalah Wisnu Widiyanto, SH, selaku Pembimas Buddha Kanwil Departemen Agama Provinsi Babel dan Tunar, S.Ag, yang juga seorang Kepala Sekolah SDN 23 Sungailiat dengan moderator Indra Gautama Putra, S.Dt.B.
Selaku pembicara pertama, Wisnu Widiyanto, SH, didepan ratusan siswa peserta Dhamma Talk menyampaikan materi tentang Makna Magha Puja.
Saat memulai materinya, Wisnu melontarkan pertanyaan kepada para peserta dengan hadiah 300 ribu bagi yang bisa menjawab pertanyaan mengapa tulisan Buddha ditulis dengan huruf D double.
Tak satupun yang bisa menjawab dan akhirnya hadiah tersebut tidak ada yang mendapatkannya.
“Buddha berasal dari 2 suku kata, yaitu Bud yang berarti pikiran dan Dha yang berarti tercerahkan, jadi artinya pikiran yang tercerahkan,” jelas Wisnu menjawab pertanyaan yang ia lontarkan ke peserta.
Wisnu menjelaskan bahwa intinya, sebagai umat Buddha siswa harus dapat menjalankan apa yang dinamakan Ovada Patimokkha.
Ovada Patimokkha merupakan ajaran Buddha yang memberi pesan untuk tidak berbuat jahat, perbanyak kebajikan, sucikan hati dan pikiran.
Ajaran ini disampaikan Buddha kepada 1250 orang muridnya dalam pertemuan akbar di hutan bambu Veluvana Arama, Rajagaha yang akhirnya peristiwa ini dinamakan Magha Puja.
Menurut Wisnu Widiyanto, bila umat Buddha mengamalkan ajaran ini, akan membawa kemajuan batin, membentuk prilaku yang mendukung pencapaian kesempurnaan hidup.
Sementara itu, Tunar, S.Ag, selaku pembicara kedua menyampaikan tema Remaja Buddhis. Tunar menerangkan bahwa remaja Buddhis adalah anak yang berusia 12 sampai 24 tahun yang meyakini ajaran Buddha sebagai pedoman kehidupan sehari – hari.
Remaja Buddhis harus seperti penganut Buddha Lokapaladhamma atau Dhamma pelindung dunia.
“Sebagai remaja, kalian semua harus ikuti ajaran Lokapaladhamma. Ajaran ini mengajarkan 2 hal, yaitu Hiri dan Ottapa. Hiri adalah perasaan malu berbuat jahat, sedangkan Ottapa adalah takut akan akibat dari berbuat jahat. Semoga kalian selamat bila mengikuti ajaran ini,” kata Tunar, S.Ag, kepada para peserta.
Tunar juga menyampaikan bahwa ada dua kelompok masyarakat dalam ajaran agama Buddha, yaitu Kelompok Pabbajita (menjalani kehidupan sebagai pertapa) dan Kelompok Gharavasa (memilih hidup berumah tangga)
Jika kita memilih hidup sebagai Kelompok Gharavasa, maka Tunar mengajak semua peserta untuk mempedomani Pancasila Buddhis agar hidup bisa seimbang.
“Lima prinsip moralitas sebagai pedoman dasar umat Buddha harus dijalankan. Pancasila Buddhis terdiri dari ajaran tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berbuat asusila, tidak berbohong dan tidak mabuk – mabukan. Remaja Buddhis harus jalankan ini bila ingin hidupnya selamat,” jelas Tunar mengakhiri materinya.
Dhamma Talk dilanjutkan dengan acara tanya jawab, bagi siswa yang melontarkan pertanyaan dihadiahi gelang yang diambil dari altar yang sudah dipersiapkan.